Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2013

Filsafat Plato tentang cinta dan pernikahan

Suatu hari Plato didatangi oleh seorang pemuda yang adalah muridnya. Pemuda ini berkata pada Plato : "Guru, terus terang saya bingung dengan apa yang disebut sebagai CINTA dan PERNIKAHAN. Bisakah guru memberitahu saya seperti apakah cinta dan pernikahan itu Setelah sempat berpikir sejenak Plato berkata pada muridnya : "Sebelum saya menjawab saya ingin meminta kamu melakukan sesuatu terlebih dahulu. Pergilah ke padang rumput di sebelah utara. Di musim semi seperti ini biasanya padang itu akan ditumbuhi oleh berbagai macam bunga yang indah. Carilah bunga yang menurutmu paling indah dan petiklah satu untuk kamu bawa kemari. Saat kamu menemukan bunga terindah itu, kamu akan menemukan cinta. Tapi ingat!!! Kamu hanya boleh berjalan maju sekali dan tidak boleh mundur lagi." Berangkatlah pemuda itu.... dan 2 jam kemudian ia kembali pada Plato dengan tangan kosong. "Mengapa kamu tidak membawa bunga yang kuminta? Apakah di sana tidak ada bunga yang tumbuh?"

sunyi tanpamu

 gerimis hujan kali seakan  ini menambah romantisme malam ini.. sunyi dan sepi yang srkarang aku rasakan ... beberapa bulan bahkan tahun telah berlalu tetapi semua masih sama tak ada yang berubah  sediktpun dengan rasa ini , rasa yang mungkin akan terus berkembang tanpa tau kapan dia akan berlabuh..

PALUI DAN NGUNGU

            Kisah ini bermula dari sepasang suami istri dengan dua orang anak laki-laki, si Palui dan si Ngungu. Seperti anak-anak pada umumnya si Palui dan si Ngungu tumbuh dengan normal. Tubuh mereka sehat dan badan mereka kuat. Namun daya tangkap dan daya tanggap otak mereka sangat lemah. Orang-orang dikampung Bedungun, Berau, menamai dua anak itu sepasabg anak Dungu. Si Palui dan Si Ngungu tak menghiraukan olok-olokan atau risakan anak-anak seperantara mereka, justru malah dikiranya mereka sedang dielu-elukan. Namun, lambat laun mereka mulai dijauhi. Bila mereka datang anak-anak yang lain langsung menghindar.             Alhasil, mereka lebih banyak bermain berdua. Atau membantu orangtua mereka bekerja diladang. Walaupun kedua orang tua mereka merasa malu. Namun, sepasang suami istri itu tetap mencintai dan mengasihi anak-anak mereka. Suatu ketika, sang Ayah menyuruh si Palui dan Si Ngungu memeriksa bubu (jarring) disungai.             “Coba kalian periksa bubu disungai

All About Madrasah NU Banat Kudus

Gambar
http://www.manubanat-kudus.sch.id/